top of page

Kelana

Atmo Setiokaryo: Jangan Matikan Kreatifitas Bisnismu Hanya karena Pandemi

Updated: Jun 14, 2020


Atmo Setiokaryo bersama istri. Sumber: Dokumentasi narasumber

SURABAYA, KELANA - Atmo Setiokaryo merupakan seorang ayah dua anak yang kini usianya menginjak 34 tahun. Sejak di-PHK tanpa pesangon 5 tahun yang lalu, ia tak memiliki tabungan apapun. Sedangkan, kebutuhan keluarga meningkat seiring dengan istrinya yang akan melahirkan. Berbekal ijazah SMA, ia berusaha mencari pekerjaan yang layak secepat mungkin. Akan tetapi, tidak ada satupun perusahaan yang menerima lamaran kerjanya. Adanya tekanan ekonomi keluarga membuat ia memutuskan untuk menjual elpiji 3 kilograman. “Awalnya memang sulit, lama-kelamaan mulai ada langganan yang seminggu sekali minta dikirimkan 20 sampai 40-an elpiji,” ucap Atmo ketika ditemui di kediamanya.


Sejak diumumkan kebijakan PSBB, penjualan elpiji 3 kilogram tak selancar dahulu. Hasil penjualan elpiji yang awalnya Rp1.500.000 anjlok menjadi Rp900.000 per bulannya. Dengan kondisi seperti ini, tabungan yang dimiliki tak lagi cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Ia mulai memutar otak untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.


Sesuai dengan hobinya sebagai penyuka jam tangan, ia memutuskan untuk mencoba berjualan jam tangan melalui pasar online. Pelan-pelan tapi pasti, ia mempelajari sistem penjualan online dan pemasaran secara online. Dengan dukungan istri dan anaknya, ia memulai usaha dengan mengunggah sejumlah produk jam tangan daganganya di akun Facebook pribadi miliknya.


“Inspirasinya muncul karena saya suka jam tangan. Akhirnya, ya, alhamdulillah bisa untuk mencukupi kebutuhan anak,” tutur Atmo.


Ilustrasi. Sumber: Facebook

Perlahan, penjualan jam tangannya mulai membuahkan hasil. Awalnya hanya terdapat permintaan untuk daerah Surabaya dan Sidoarjo. Namun, kini Atmo menerima pesanan hingga luar pulau Jawa. Di samping itu, ia mengaku khawatir untuk mengirimkan barang secara tidak langsung mengingat kualitas barang yang mungkin akan terpengaruh.


“Jika tidak berani, toko jam tangan online saya tidak akan berkembang. Mau tidak mau harus berani dengan cara paket dibungkus dengan bahan yang tebal,” kata Atmo.


Dengan melawan ketakutanya akan berdagang melalui online, ia berhasil meraup keuntungan Rp1.600.000 di satu bulan awal bisnisnya.


Di sisi lain, ia berharap agar pandemi yang menimpa Indonesia tidak menurunkan kreatifitas masyarakat untuk mencari nafkah. Ia juga berpesan untuk masyarakat, khususnya anak muda agar tidak takut untuk memulai berbisnis apapun. (AM/CR)

Sila dengarkan berita ini dalam versi audio di bawah, kamu bisa cek audio lain di laman Kelana Talk!



Comentários


Kelana Jendela Dunia

Contact Us

Thanks for submitting!

About Us

  • Addinda Sekar (042)

  • Salwa Chairunnisa (046)

  • Tiara Primadhita Furi (047)

  • Kania Amelia (099)

  • Raniah (106)

  • Aisyah Maharani (114)

Baca Majalah Kelana di Sini!

depan.jpg

Truth is as straight as an arrow,

while a lie swivels like a snake.

bottom of page